Kurus, berkacamata dan terlihat menyerupai kutu buku merupakan sosok yang mungkin orang lihat knorma dan sopan santun pertama kali bertemu atau melihat Joshua Wong. Meskipun penampilannya biasa saja tetapi Anda jangan salah, cowok berusia 17 tahun ini ternyata seorang penggerak pro-Demokrasi Hongkong yang paling ditakuti oleh pemerintah Tiongkok.
Pemuda ini dengan lantang mengkampanyekan sebuah insiden berdarah yang terjadi pada 25 tahun silam dilapangan Tiananmen. Tujuan nya hanya satu yaitu untuk menyulut gelombang pembangkangan sipil di kalangan mahasiswa Hongkong. Dengan begitu Ia berharap pemerintah Tiongkok mendapat tekanan sehingga memmemberikankan Hongkong hak pilih universal.
Seperti kita ketahui bahwa Honkong merupakan salah satu negara bekas koloni Inggris, yang kemudian diserahkan Inggris pada pemerintah Tiongkok pada tahun 1997. Pada ketika penyerahan tersebut baik Inggris maupun Tiongkok setuju akan memmemberikankan Hongkong 'otonomi tingkat tinggi' termasuk menentukan pemimpin mereka secara demokratis.
Tetapi sayangnya, hingga hingga ketika ini kesepakatan itu tidak dipenuhi oleh pemerintah Tiongkok. Bahkan pemerintah Tiongkok mengeluarkan tawaran bahwa pihaknya hanya akan mengakui pemimpin terpilih Hongkong yang sudah mendapat restu dari mereka.
Nah, tawaran inilah yang diperangi oleh Joshua Wong bersama rekan-rekannya sesama aktivis.
"Saya tidak berpikir pertempuran kami akan menjadi sangat panjang, jikalau anda mempunyai mentalitas bahwa usaha untuk sebuah demokrasi ialah panjang, berlarut-larut dan harus melalui langkah-langkah bertahap. Maka anda tidak akan pernah mendapatkannya," ujarnya.
"Anda harus melihat setiap pertempuran ialah pertempuran terakhir, dan anda harus mempunyai tekat besar lengan berkuasa untuk melawan," serunya.
Dengan pemberian beberapa temannya, Wong membentuk sebuah kelompok penggerak mahasiswa yang ia menunjukkan nama scholarism dan hanya dalam waktu singkat saja anggotanya kelompok bentukan Wong ini sudah sangat banyak. Bahkan pada September 2012, scholarism ini sudah berhasil mengumpulkan 120 ribu demonstran, termasuk 13 relawan agresi mogok makan untuk menduduki markas pemerintah Hongkong, memaksa para pemimpin menarik kurikulum yang diusulkan.
Wong menyampaikan bahwa, Hongkong dibawah pemerintah Tiongkok tidak mempunyai kebebasan sama sekali. Salah satu misalnya ialah menyerupai memberikanta di surat kabar yaitu dimana isinya hanya memuat artikel untuk kepentingan pemerintah Tiongkok saja. Maka dari itu gerakan yang sekarang telah mencapai 300 orang tersebut sangat getol untuk menyuarakan semoga Hongkong mempunyai hak pilih universal.
Dalam waktu bersahabat ini, kelompok yang dipimpin oleh Wong akan menciptakan suatu rencana untuk mereformasi sistem pemilu yang ada di Hongkong. Selain itu ahad ini, Wong memimpin kelompoknya menggelar agresi meninggalkan ruang kelas, untuk mengirim pesan pro-demokrasi ke Beijing.
Aksi laki-laki berbadan kurus ini ternyata mendapat dukungan dari luas, bahkan pihak eksekutif sekolah tinggi tinggi dimana Ia berguru telah berjanji akan memmemberikankan dispensasi aturan pada siswanya yang membolos. Tidak hanya itu saja, serikat guru terbesar di Hongkong mengedarkan petisi yang menyatakan "jangan biarkan mereka bangun seorang diri', dimana merujuk kepada kelompok Wong.
Menyikapi hal ini tentunya kita sudah bisa menebak bahwa pemerintah Tiongkok tidak akan tinggal diam. Mereka sudah niscaya akan mengecam agresi Wong dan kelompoknya ini sebagai “ekstrimis” yang tentunya sangat membahayakan dan bisa mengancam internal stabilitas pemerintahan Partai Komunis.
Meskipun demikan, Wong tidak pernah takut bahkan Ia menyampaikan tidak akan pernah mengundurkan diri sedikit pun.
"Masyarakat tidak perlu takut dengan pemerintah mereka, tetapi pemerintah harus takut kepada rakyat mereka," katanya.
Advertisement